Yuren S Bahat dilahirkan di Desa Goha yang terletak
dipinggir Sungai Kahayan menuju Kuala Kurun Kabupaten Gunung Mas. Bapak tiga
anak ini dilahirkan dari keluarga sederhana. Kedua orang tuanya Sion Bahat dan
Elisabet Rasad adalah petani.
Saat itu mereka mengandalkan penghasilan dari perkebunan
karet. Disamping menyadap karet Sion Bahat juga dipercayakan masyarakat menjadi
kepala desa. Namun di usia 4 tahun Yuren kecil bersama keluarga hijrah dari Desa
Goha menuju Palangka Raya dengan menggunakan rakit bamboo melalui jalur sungai Kahayan.
Kepindahan satu keluarga ini ke Palangka Raya untuk mengubah
nasib. Kedua orang tuanya memiliki tekad supaya anak-anaknya yang berjumlah 10
orang ini mendapat pendidikan yang layak. Setibanya di Palangka Raya kehidupan
Sion Bahat sangat berat. Mereka hanya menempati barak terbuat dari seng berukuran 4x8 meter. Sementara untuk
memenuhi kehidupan sehari-hari orang tua Yuren bekerja secara serabutan dari
satu pekerjaan ke pekerjaan lain.
Dengan kondisi pekerjaan orang tuanya yang serba tidak
menentu itu Yuren kecil juga ikut bekerja sebagai penjual es lilin dan kue,
sambil berkeliling kota Palangka Raya. Dia berharap dari hasil menjual es lilin
dan kue dapat meringankan beban orang tua. Rutinitas ini dilakukanya saat
berada di bangku Sekolah Dasar. Alhasil Yuren kecil bisa memenuhi uang jajan dan biaya sekolahnya.
Setelah mengenyam pendidikan di SMP dan SMA, Yuren remaja
tidak lagi berjualan es lilin dan kue. Untuk memenuhi biaya sekolah dan
lainnya, harus bekerja menyadap karet ke Desa Goha, namun aktivitas ini hanya
dilakukannya saat liburan sekolah tiba.
Menariknya saat berada dikebun karet dia sering menghayal
menjadi orang ternama dimuka bumi ini. Bahkan khayalan Yuren remaja ini semakin
kuat ketika sebuah pesawat terbang melintas di atas areal perkebunan karet tempatnya
bekerja khayalannya pun ingin naik pesawat terbang. Berkat kegigihanya meraih
mimpi itu Yuren menjadi orang nomor dua di Bartim dan dapat naik pesawat.
Setelah menamatkan pendidikan di bangku SMA, Yuren remaja
berniat melanjutkan pendidikan atau kuliah ke Pulau Jawa, Namun lantaran tidak
punya biaya terpaksa melanjutkan pendidikan ke Banjarmasin mengikuti jejak sang
kakak Ben Brahim S Bahat di Fakultas Teknik Sipil Universitas Lambung Mangkurat
(Unlam).
Selama berada dibangku kuliah Yuren dewasa yang mendapat berlimpah
berkat dari Tuhan. Buktinya dia mendapat dua kali beasiswa di bidang Akademisi
dan Ekstrakuler. Tak hanya itu Yuren juga diberikan talenta yang lebih dari
Sang Kuasa melalui bakat seni yang dimiliknya, Wakil Bupati Bartim ini
dipercayakan pemilik Restoran Shinta untuk menghibur para tamu di malam hari.
Setelah mendapatkan gelar Sarjana Teknik dari Unlam pada tahun
1987 dengan predikat kelulusan terbaik II, saat itu Yuren belum bekerja. Dia tetap
bermain music.
Namun pada tahun berikutnya bekerja sebagai tenaga honorer
di Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Kalteng dan diangkat menjadi PNS pada tahun
1990. Setelah diangkat menjadi PNS, Yuren menikah pada tanggal 17 Juli 1991 di
Palangka Raya.
Setelah diangkat menjadi PNS, Yuren dimutasi ke Kabupaten
Barito Selatan menjadi Kepala Ranting Dinas PU di Tamiang Layang Bartim pada
juni 1995, saat itu wilayah Bartim masih dibawah Pemkab Barsel. Lagi-lagi kuasa
Tuhan selalu menyertai pekerjaan Yuren. Alhasil pada 1998 dilantik menjadi
Kepala Cabang Dinas PU Barsel, yang juga membawahi wilayah Bartim.
Memasuki 2002, Pemerintah Pusat menyetujui pemekaran wilayah
Kabupaten di berbagai Propinsi, salah satunya adalah Bartim. Daerah ini
memisahkan diri dari Kabupaten induk Barsel. Berkah dari kebijakan Pemerintah
Pusat ini, juga berdampak pada keluarga Yuren, sehingga pada tahun itu juga
dilantik menjadi Kepala Dinas PU Kabupaten Barito Timur hingga 2008.
Rupanya karya Tuhan terhadapnya tidak berhenti disitu saja. Bersamaan
dengan pelaksanaan Pemilu Kada Bartim 2008 lalu, bersama Zain Alkim terpilih
menjadi Bupati dan Wakil Bupati untuk periode 2008-2013 dan menyandang pangkat
Pembina Utama Madya IV/d.
Bila mengikuti jejak tokoh ini bertugas di Bartim sejak
1995-sekarang sudah mengabdi sekitar 17 Tahun. Buah tangannya di Bumi Jari
Janang Kalalawah sudah banyak, maka tak heran lagi wilayah Bartim sudah menjadi
tanah kelahirannya sendiri.
Dalam menjalankan setiap pekerjaan yang diembannya, Yuren
memiliki prinsip yang kuat terhadap karya Tuhan “Bekerjalah sekuat tenaga diladang
Tuhan, sambil mengabdi total untuk masyarakat dan Pemerintah, karena semua
pemerintahan yang ada adalah dari Tuhan Allah”
(sumber Tabengan 12 okt 2012)