12 Okt 2012

LANJUTKAN DAN MANTAPKAN PEMBANGUNAN DI BARITO TIMUR.



Meski Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah (Pemilukada) Kabupaten Barito Timur baru berlangsung 2013 mendatang. Namun, sejumlah bakal calon kepala daerah sudah mengambil ancang-ancang untuk ikut dalam Pemilu Kada Bartim.
Diantara sejumlah kandidat itu muncul figure yang menyatakan siap bertanding dalam pesta demokrasi di Bartim. Figure itu adalah Wakil Bupati Barito Timur Yuren S Bahat.
Putra terbaik Bartim dari Desa Goha Kabupaten Kapuas ini, menyatakan siap melanjutkan dan memantapkan pembangunan di Bumi Jari Janang Kalalawah untuk periode 2013-2018, dengan visi misi membawa Barito Timur yang maju, berkeadilan, beriman, dan berbudaya.
Sementara visi dan misi yang diusung putra mantan Kepala Desa Goha sangat sederhana, realistis dan dapat diraih dengan berpadunya dengan seluruh komponen-komponen masyarakat di Bartim untuk mendukung pembangunan tanpa mempermasalahkan perbedaan di antara warga, karena menurutnya perbedaan itu indah apabila dihayati.
Karena itu Yuren selaku incumbent dalam Pemilu Kada Bartim 2013 ini siap membawa Bartim kearah yang lebih maju dan sejahtera, dengan mengandalkan kekuatan Sumber Daya Manusia (SDM), Sumber Daya Alam (SDA) dan mengandalkan pertolongan Tuhan Yang Maha Esa.
Keinginan Yuren maju pada Pemilu Kada 2013 sangat kuat. Berbagai dukungan dari komponen masyarakat dari berbagai pedalaman dan kelompok organisasi terus mengalir, tak terkecuali dari istri tercinta Pertiwi LS Binti, anak-anaknya dan handal taulan.
Yuren diprediksi maju dalam Pemilu Kada 2013 Bartim melalui Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Namun sebelum ditetapkan menjadi calon kepala daerah, Dia harus mampu menyisihkan kandidat lain yang sudah mendaftar di DPC PDI Perjuangan Bartim.
(sumber Tabengan 12 okt 2012)

ANAK PETANI MERAIH MIMPI DI TANAH YANG DIBERKATI



Yuren S Bahat dilahirkan di Desa Goha yang terletak dipinggir Sungai Kahayan menuju Kuala Kurun Kabupaten Gunung Mas. Bapak tiga anak ini dilahirkan dari keluarga sederhana. Kedua orang tuanya Sion Bahat dan Elisabet Rasad adalah petani.
Saat itu mereka mengandalkan penghasilan dari perkebunan karet. Disamping menyadap karet Sion Bahat juga dipercayakan masyarakat menjadi kepala desa. Namun di usia 4 tahun Yuren kecil bersama keluarga hijrah dari Desa Goha menuju Palangka Raya dengan menggunakan rakit bamboo melalui jalur sungai Kahayan.
Kepindahan satu keluarga ini ke Palangka Raya untuk mengubah nasib. Kedua orang tuanya memiliki tekad supaya anak-anaknya yang berjumlah 10 orang ini mendapat pendidikan yang layak. Setibanya di Palangka Raya kehidupan Sion Bahat sangat berat. Mereka hanya menempati barak terbuat dari  seng berukuran 4x8 meter. Sementara untuk memenuhi kehidupan sehari-hari orang tua Yuren bekerja secara serabutan dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain.
Dengan kondisi pekerjaan orang tuanya yang serba tidak menentu itu Yuren kecil juga ikut bekerja sebagai penjual es lilin dan kue, sambil berkeliling kota Palangka Raya. Dia berharap dari hasil menjual es lilin dan kue dapat meringankan beban orang tua. Rutinitas ini dilakukanya saat berada di bangku Sekolah Dasar. Alhasil Yuren kecil bisa memenuhi uang  jajan dan biaya sekolahnya.
Setelah mengenyam pendidikan di SMP dan SMA, Yuren remaja tidak lagi berjualan es lilin dan kue. Untuk memenuhi biaya sekolah dan lainnya, harus bekerja menyadap karet ke Desa Goha, namun aktivitas ini hanya dilakukannya saat liburan sekolah tiba.
Menariknya saat berada dikebun karet dia sering menghayal menjadi orang ternama dimuka bumi ini. Bahkan khayalan Yuren remaja ini semakin kuat ketika sebuah pesawat terbang melintas di atas areal perkebunan karet tempatnya bekerja khayalannya pun ingin naik pesawat terbang. Berkat kegigihanya meraih mimpi itu Yuren menjadi orang nomor dua di Bartim dan dapat naik pesawat.
Setelah menamatkan pendidikan di bangku SMA, Yuren remaja berniat melanjutkan pendidikan atau kuliah ke Pulau Jawa, Namun lantaran tidak punya biaya terpaksa melanjutkan pendidikan ke Banjarmasin mengikuti jejak sang kakak Ben Brahim S Bahat di Fakultas Teknik Sipil Universitas Lambung Mangkurat (Unlam).